KATA
PENGANTAR
Segala puji
bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong kami dalam menyelesaikan makalah
ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan. Baik
itu yang datang dari diri dari setiap kelompok maupun yang datang dari luar
kelompok. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan Yang
Maha Esa akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang Semangat Kerja sebagai
topik yang diberikan oleh Dosen Pengampu Manajemen Sumber Daya Manusia I. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Hilma Harmen,SE,MBA
yang telah banyak membantu kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan.Kami mohon untuk saran dan kritiknya.
Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB
I. PENDAHULUAN 3
1.1.
LatarBelakangMasalah 3
1.2.
RumusanMasalah 4
1.3.
Tujuan 4
BAB
II. PEMBAHASAN 5
2.1.
Pengertian Semangat
Kerja 4
2.2.
Unsur-unsur semangat kerja 6
2.3.
Indikator Semangat
Kerja 9
2.4.
Aspek-aspek Semangat Kerja 9
2.5. Dimensi Semangat Kerja 11
2.6 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Semangat Kerja 12
2.7 Upaya Membina Semangat Kerja
13
BAB III. PENUTUP 15
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Semangat
kerja akan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas dan
tanggung jawabnya di dalam perusahaan. Semangat kerja karyawan dapat dilihat
dari kehadiran, kedisiplinan, ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan dan
tanggung jawab. Peranan sumber daya manusia dalam perusahaan sangat penting
demi terciptanya kelangsungan kinerja perusahaan. Faktor semangat kerja harus
diketahui oleh para pemimpin atau manajer perusahaan karena penting artinya
bagi keberhasilan suatu usaha. Dikatakan penting bagi keberhasilan suatu usaha
karena semangat kerja dapat mempengaruhi produktivitas dan potensi kerja
karyawan. Semangat kerja yang optimal harus didukung dengan motivasi karyawan
untuk bekerja secara maksimal. Faktor insentif dan lingkungan kerja yang baik
tentunya merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk mendorong semangat
kerja karyawan dalam suatu perusahaan. Insentif atau tambahan penghasilan
merupakan hal yang dapat memacu kinerja maupun semangat kerja karyawan untuk
dapat meluangkan seluruh tenaga dan pikirannya dalam melakukan pekerjaan.
Semangat dan gairah adalah perasaan yang sangat kuat yang dialami oleh setiap orang. Semangat, dalam pengertian umum, digunakan untuk mengungkapkan minat yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan dan kegigihan dalam mewujudkannya.Apakah penting atau tidak, setiap orang punya tujuan yang ingin dia raih sepanjang hidupnya. Semangat kerja dalam organisasi sering dianggap oleh para Kepala Dinas sebagai suatu yang sudah lazim atau wajar, sehingga seringkali kurang diperhatikan. Sering para Kepala Dinas tidak mengetahui betapa buruk keadaan semangat kerja pegawainya sampai para Kepala Dinas akhirnya menghadapi kisah yang serius seperti meningkatnya permohonan pindah, absenteeism dan slow down, bahkan seolah terjadi pemogokan.
Faktor semangat kerja ini perlu diketahui oleh para Kepala Dinas karena penting artinya bagi keberhasilan suatu usaha. Dikatakan penting bagi keberhasilan dalam suatu institusi karena semangat kerja mempengaruhi produktivitas dan prestasi kerja dikalangan pegawai.Semangat kerja atau gairah melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih baik, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih baik. Pegawai yang mempunyai semangat kerja yang tinggi akan berdampak terhadap sikap yang mau sepenuhnya memanfaatkan keterampilan, konsentrasi pekerja serta kemampuan-kemampuan lain untuk dapat mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Betapa pentingnya semangat kerja yang stabil dan konsisten dalam membawa hidup Anda menuju puncak sukses tertinggi.Merawat semangat kerja dapat menjadi sebuah kebiasaan yang positif, bila Anda menjadi sadar akan pentingnya peran semangat kerja dalam mendorong sukses
Semangat dan gairah adalah perasaan yang sangat kuat yang dialami oleh setiap orang. Semangat, dalam pengertian umum, digunakan untuk mengungkapkan minat yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan dan kegigihan dalam mewujudkannya.Apakah penting atau tidak, setiap orang punya tujuan yang ingin dia raih sepanjang hidupnya. Semangat kerja dalam organisasi sering dianggap oleh para Kepala Dinas sebagai suatu yang sudah lazim atau wajar, sehingga seringkali kurang diperhatikan. Sering para Kepala Dinas tidak mengetahui betapa buruk keadaan semangat kerja pegawainya sampai para Kepala Dinas akhirnya menghadapi kisah yang serius seperti meningkatnya permohonan pindah, absenteeism dan slow down, bahkan seolah terjadi pemogokan.
Faktor semangat kerja ini perlu diketahui oleh para Kepala Dinas karena penting artinya bagi keberhasilan suatu usaha. Dikatakan penting bagi keberhasilan dalam suatu institusi karena semangat kerja mempengaruhi produktivitas dan prestasi kerja dikalangan pegawai.Semangat kerja atau gairah melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih baik, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih baik. Pegawai yang mempunyai semangat kerja yang tinggi akan berdampak terhadap sikap yang mau sepenuhnya memanfaatkan keterampilan, konsentrasi pekerja serta kemampuan-kemampuan lain untuk dapat mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Betapa pentingnya semangat kerja yang stabil dan konsisten dalam membawa hidup Anda menuju puncak sukses tertinggi.Merawat semangat kerja dapat menjadi sebuah kebiasaan yang positif, bila Anda menjadi sadar akan pentingnya peran semangat kerja dalam mendorong sukses
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari semangat kerja
2. Apa
saja unsur-unsur dalam semangat kerja
3. Apa
indikator semangat kerja
4. Apa
aspek-aspek semangat kerja
5. Apa
saja dimensi semangat kerja
6. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja
7. Bagaimana
upaya membinaa semangat kerja
1.3
Tujuan Masalah
1. Mengetahui
pengertian semangat kerja
2. Memahami
unsur-unsur dalam semangat kerja
3. Mengetahui
indikator dalam semangat keja
4. Mengetahiu
aspek-aspek semangat kerja
5. Mengetahui
dimensi semangat kerja
6. Mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi semangat kerja
7. Memahami
upaya membina semangat kerja
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Semangat Kerja
Semangat kerja adalah sikap individu
untuk bekerja sama dengan disiplin dan rasa tanggug jawab terhadap kegiatannya(Alfred R.L, 1971:66). Semangat kerja juga diartikan
sebagai suatu kegiatan dalam melaksanakan pekerjaan secara cepat dan lebih baik
menyelesaikan suatu kegiatan(Alex S. Nitisemito,
1992:160). Semangat
kerja merupakan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan
yang lebih banyak dan lebih baik (George D. Hasley, 1992 :
65). Semangat kerja
juga merupakan suatu sikap individu atau kelompok terhadap kesukarelaannya
untuk bekerjasama agar mencurahkan kemampuanya secara menyeluruh. (Pariata Westra, 1988:65).
Menurut Alex S. Nitisemito, semangat kerja adalah suatu kegiatan melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pengerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan baik.Menurut Guba, ada 2 cara untuk mendefinisikan semangat kerja, sebagai berikut :
Menurut Alex S. Nitisemito, semangat kerja adalah suatu kegiatan melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pengerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan baik.Menurut Guba, ada 2 cara untuk mendefinisikan semangat kerja, sebagai berikut :
1.
Semangat kerja adalah kondisi dari
sebuah kelompok dimana ada tujuan yang jelas dan tetap dirasakan menjadi
penting dan terpadu dengan tujuan individu.
2.
Semangat kerja adalah pemilikan atau
kebersamaan. Semangat kerja merujuk kepada adanya kebersamaan.
Gambaran tentang pengertian semangat kerja, pada hakekatnya adalah
merupakan perwujudan dari pada moral kerja yang tinggi. Moral kerja yang tinggi
merupakan semangat dan kegairahan kerja. Semangat kerja menggambarkan suatu
perasaan dan menunjukkan iklim serta suasana pekerjaan. Begitu juga halnya
dengan seorang pegawai semangat kerja dari seorang pegawai sangat diperlukan
dalam melaksanakn tugasnya, karena baik tidaknya pekerjaan pegawai dipengaruhi
oleh semangat dan kegairahannya dalam bekerja. Untuk lebih jelasnya, akan
diuraikan pengertian semangat kerja menurut beberapa ahli.
Menurut Burhanuddin (1994:271) semangat kerja atau ”morale” adalah
"Kepuasan secara keseluruhan yang diperoleh seseorang dari pekerjaanya,
kelompok kerja, pimpinan organisasi dan lingkungannya”. Hal senada juga
disampaikan oleh Nitisimito, semangat kerja adalah "Melakukan pekerjaan
secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan diharapkan lebih
cepat dan lebih baik”. Sedangkan kegairahan adalah "Kesenangan yang
mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan”. Ini berarti bahwa dengan meningkatnya
semangat dan kegairahan kerja, pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, absensi
akan dapat diperkecil, kemungkinan kepindahanpun kecil terjadi. Semua ini juga
mengandung arti bahwa cepat dan baiknya pekerjaan ditentukan oleh semangat
kerja yang tinggi.
Menurut
Manullang (2005:183), ada 2 cara untuk mendefenisikan semangat kerja. sebagai berikut:
1.
Semangat Kerja
adalah kondisi dari sebuah kelompok dimana ada tujuan yang jelas dan tetap yang
dirasakan menjadi penting dan terpadu dengan tujuan individu.
2.
Semangat Kerja
adalah pemilikan atau kebersamaan, Semangat kerja merujuk kepada adanya
kebersamaan. Hal ini merupakan rasa pemahaman dengan perhatian terhadap
unsur-unsur dari pekerjaan seseorang, kondisi kerja, rekan kerja, penyelia,
pimpinan, dan perusahaan.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah
kemauan dari setiap individu atau kelompok untuk saling bekerja sama dengan
giat, disiplin, dan penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tujuan yang
telah ditetapkan atau semangat kerja merupakan gambaran
sikap pribadi individu maupun kelompok terhadap pekerjaan yang dilakukan dalam
meraih tujuan. Karena sikap merupakan kesediaan untuk bertindak yang berarti
masih berbentuk kesiapan atau kecenderungan dan tidak terlihat oleh orang lain,
maka semangat kerja lebih bersifat individual.
Semangat kerja merupakan sikap
perseorangan atau sikap kelompok orang-orang terhadap pekerjaan dan lingkungan
pekerjaan. Hal ini jelas bahwa setiap pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya
memerlukan semangat kerja yang tinggi dalam suasana batin yang menyenangkan,
bagi terciptanya usaha untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan.
2.2 Unsur-unsur semangat kerja
Semangat
kerja dapat diukur melalui presensi pegawai di tempat kerja, tanggungjawabnya terhadap
pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama dengan pimpinan atau teman sejawat dalam
organisasi serta tingkat produktivitas kerja (Asas-asas manajemen. D. Hasley 1988:67).Untuk memahami unsur-unsur
semangat kerja berikut diuraikan penjelasan masing-masing unsur:
1.
Presensi
Presensi
merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Pada
umumnya instansi / lembaga selalu mengharapkan pegawainya untuk datang dan
pulang tepat waktu, sehingga pekerjaan tidak tertunda. Ketidakhadiran seorang
pegawai akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja, sehingga instansi/
lembaga tidak bisa mancapai tujuan secara optimal. Presensi atau kehadiran karyawan
dapat diukur melalui :
1. Kehadiran pegawai di tempat kerja
1. Kehadiran pegawai di tempat kerja
2. Ketepatan
pegawai datang/pulang kerja
3. Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan
untuk mengikuti kegiatan atau acara dalam instansi
2. Disiplin Kerja
Disiplin kerja merupakan
ketaatan seseorang terhadap suatu peraturan yang berlaku dalam organisasi yang
menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaram dan
keinsafan, bukan karena adanya paksaan. (IG. Wursanto. 1985:67)
Disiplin merupakan suatu kekuasaan yang berkembang dalam penyesuaian diri dengan sukarela kepada ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai dari pekerja. (Moekijat, 1997 : 67). Dan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan kemauan dan kepatuhan untuk bertingkah laku sesuai dengan peraturan yang ada di instansi yang bersangkutan. Tingkat kedisiplinan kerja pegawai dapat diukur melalui:
Disiplin merupakan suatu kekuasaan yang berkembang dalam penyesuaian diri dengan sukarela kepada ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai dari pekerja. (Moekijat, 1997 : 67). Dan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan kemauan dan kepatuhan untuk bertingkah laku sesuai dengan peraturan yang ada di instansi yang bersangkutan. Tingkat kedisiplinan kerja pegawai dapat diukur melalui:
a)
Kepatuhan pegawai terhadap
peraturan dan tata tertib di instansi
b)
Kepatuhan pegawai terhadap intruksi
yang datang dari atasan.
c)
Bekerja sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan
d)
Memakai pakaian seragam sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
e)
Menggunakan dan memelihara
peralatan
3.
Kerjasama
Kerjasama merupakan tindakan konkret seseorang dengan orang lain (Winardi,
1975:51). Kerjasama juga diartikan sebagai suatu sikap dari individu
maupun kelompok terhadap kesukarelaannya untuk bekerja sama agar dapat
mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh. (Pariata Westra, 1980: 49).
Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi tergantung pada orang-orang yang
terlibat di dalamnya. Untuk itu penting adanya kerjasama yang baik diantara semua
pihak dalam organisasi, baik dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahan.Untuk mengukur tingkat
kerjasama digunakan kriteria sebagai berikut:
1. Kesadaran pegawai untuk bekerjasama dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahannya.
2. Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik serta saran dari orang lain.
4. Bagaimana tindakan seseorang apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya.
1. Kesadaran pegawai untuk bekerjasama dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahannya.
2. Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik serta saran dari orang lain.
4. Bagaimana tindakan seseorang apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya.
4.
Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan keharusan pada seseorang yang
melaksanakan kegiatan selayaknya apa yang telah diwajibkan kepadanya. (Pariata
Westra, 1975:91)
Tanggung jawab juga merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah diwajibkan kepadanya, dan jika terjadi kesalahan yang disebabkan karena kelalaiannya, maka seseorang dapat dituntut atau dipersoalkan.Tingkat tanggung jawab seseorang dapat melalui:
Tanggung jawab juga merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah diwajibkan kepadanya, dan jika terjadi kesalahan yang disebabkan karena kelalaiannya, maka seseorang dapat dituntut atau dipersoalkan.Tingkat tanggung jawab seseorang dapat melalui:
a)
Dapat dituntut atau dipersoalkan.
Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan dalam bekerja
b) .Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.
c) Melaksanakan tugas atau perintah yang diberikan dengan sebaik-baiknya
d) Mempunyai kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan hanya untuk
kepentingan instansi, tetapi juga untuk kepentingan dirinya sendiri.
5.
Produktivitas Kerja
Produktivitas adalah rasio antara produksi yang dapat
dihasilkan dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk keperluan
produk itu. (Slamet Saksosno, 1988:133).
Produktivitas juga diartikan sebagai efisiensi modal dan waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa (Ravianto, 1985:21).Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan barang atau jasa dengan menggunakan berbagai sumber produksi sesuai dengan mutu dan jangka waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain Seperti ketrampilan, disiplin, sikap dan mental, etika kerja, motivasi kerja, kesehatan, penghasilan, jaminan social, lingkungan kerja, manajemen dan berprestasi. (Ravianto, 1985, 139).Tingkat produktivitas kerja pegawai dapat diukur melalui:
Produktivitas juga diartikan sebagai efisiensi modal dan waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa (Ravianto, 1985:21).Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan barang atau jasa dengan menggunakan berbagai sumber produksi sesuai dengan mutu dan jangka waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain Seperti ketrampilan, disiplin, sikap dan mental, etika kerja, motivasi kerja, kesehatan, penghasilan, jaminan social, lingkungan kerja, manajemen dan berprestasi. (Ravianto, 1985, 139).Tingkat produktivitas kerja pegawai dapat diukur melalui:
a) Ketetapatan penggunaan waktu
b) Out put/ hasil yang dicapai
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja
2.3 Indikator Semangat Kerja
Semangat
kerja membutuhkan perhatian yang teratur, diagnosis dan pengobatan yang layak
seperti halnya dengan kesehatan. Semangat kerja agak sukar diukur karena
sifatnya abstrak. Semangat kerja merupakan gabungan dari kondisi fisik, sikap,
perasaan, dan sentimen karyawan. Untuk mengetahui adanya semangat kerja yang
rendah dalam perusahaan dapat dilihat dari beberapa indikasi. Dengan demikian,
perusahaan dapat mengetahui faktor penyebabnya dan berusaha untuk mengambil
suatu tindakan yang lebih dini. Menurut Nitisemito (1996), indikasi yang
menunjukkan kecenderungan umum rendahnya semangat kerja adalah rendahnya
produktivitas, tingkat absensi yang tinggi, labour turnover yang
tinggi, tingkat kerusakan yang tinggi, kegelisahan di mana-mana, tuntutan yang
sering kali terjadi, dan pemogokan. Berdasarkan indikasi yang menunjukkan
kecenderungan rendahnya semangat kerja, maka karakteristik semangat kerja
karyawan dapat diketahui dari tiga indikator, yaitu budaya organisasi,
kompensasi dan motivasi.
Dalam budaya
organisasi, akan cermin tentang pola kerja yang terbentuk karena adanya
kebiasaan di organisasi. Kebiasaan itu dapat berupa disiplin, saling kerjasama
secara tim dan lain sebagaimana. Selanjutnya adalah kompensasi adalah upaya
perusahaan dalam meningkatkan semangat kerja karyawan dalam memaksimalkan
tujuan perusahaan. Kompensasi dapat berubah bonus dan gaji yang memadai dimana
kebutuhan sehari-hari karyawan dapat tercukupi. Sedangkan motivasi ini adalah
penghargaan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap karyawan yang memiliki
semangat kerja yang tinggi dan mampu untuk mencapai target tujuan perusahaan
secara maksimal.
2.4 Aspek-aspek Semangat Kerja
Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena
aspek-aspek ini mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999,
p.180), seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan
tersendiri untuk bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini
mengakibatkan orang tersebut memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam
menghadapi kesulitan untuk melawan frustasi, dan untuk memiliki semangat
berkelompok. Menurut Maier (1999, p.184), ada empat aspek yang menunjukkan
seseorang mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu:
seseorang mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu:
1) Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga
memiliki motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila
seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang
lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk organisasi
bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang akan dikatakan
memiliki semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan
gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
2) Kekuatan
untuk melawan frustasi
Aspek ini menunjukkan adanya kekuatan seseorang untuk selalu
konstruktif walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya dalam bekerja.
Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan memilih
sikap yang pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya. Adanya
semangat kerja yang tinggi ditimbulkan karena adanya kesempatan yang diberikan
oleh perusahaan untuk mendapatkan ijin ketika menderita sakit.
3) Kualitas untuk bertahan
3) Kualitas untuk bertahan
Aspek ini tidak
langsung menyatakan seseorang yang mempunyai semangat kerja yang tinggi maka
tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran di dalam
pekerjaannya. Ini berarti adanya ketekunan dan keyakinan penuh dalam dirinya.
Gaji ataupun insentif yang tinggi yang diberikan oleh perusahaan mampu
meningkatkan semangat kerja karyawan, dan berpikir panjang jika ingin keluar
dari perusahaan. Tunjangan serta fasilitas yangdiberikan oleh perusahaan mampu
merangsang semangat kerja karyawan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.
Keyakinan ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai energi dan kepercayaan
untuk memandang masa yang akan datang dengan baik, hal inilah yang meningkatkan
kualitas untuk bertahan. Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan
dalam bekerja. Sehingga tidak menganggap bahwa bekerja bukan hanya
menghabiskan waktu saja, melainkan sesuatu yang penting
menghabiskan waktu saja, melainkan sesuatu yang penting
4)
Semangat kelompok
Semangat kelompok
menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan adanya semangat kerja maka
karyawan akan saling bekerja sama, tolong-menolong, dan tidak saling bersaing untuk
menjatuhkan. Semangat kerja menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja sama
dengan orang lain agar orang lain dapat mencapai tujuan bersama. Lingkungan
kerja yang baik, menciptakan suasana kerja yang baik pula, kebersamaan diantara
karyawan dengan membagi pekerjaan secara adil mampu meningkatkan semangat kerja
bagi karyawan itu sendiri
bagi karyawan itu sendiri
2.5 Dimensi Semangat Kerja
Semangat
kerja merupakan kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam diri pegawai yang
sifatnya abstrak, tetapi sangat esensial dalam dunia kerja. Semangat kerja
dapat dibedakan menjadi dua dimensi, yaitu semangat kerja tinggi dan semangat
kerja rendah. Semangat kerja pegawai yang tinggi akan membawa sumbangan positif
bagi perusahaan. pegawai yang mempunyai semangat kerja tinggi karakteristiknya
seperti manusia dewasa. Ciri-cirinya adalah bekerja dengan senang hati,
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, interaksinya sangat dinamis,
partisipasi maksimal, dapat bekerja sama dengan teman sejawat, dan inovatif.
Sebaliknya, pegawai dengan semangat kerja rendah akan membawa perusahaan kepada
kehancuran.
Semangat
kerja rendah ditandai dengan kegelisahan, yaitu perpindahan, ketidakhadiran,
keterlambatan, ketidakdisiplinan, dan menurunnya hasil kerja. Selain itu,
karakteristiknya tidak jauh berbeda dengan sifat kekanak-kanakan dengan
ciri-ciri bekerja tidak tenang, menunda pekerjaan, menghambat, bersifat
menunggu perintah, tidak kreatif, dan bekerja dengan pola kaca mata kuda yang
hanya dapat memandang dirinya tanpa mau bekerja sama dengan orang lain.
Semangat
kerja berada pada satu rentangan yang dapat bergerak dari suasana batin positif
ke suasana batin negatif. Semangat kerja dapat berubah dari semangat kerja
rendah menjadi semangat kerja tinggi atau sebaliknya sesuai dengan faktor yang
mempengaruhi dan upaya untuk membangun semangat kerja.
2.6 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Naik
turunnya semangat kerja pegawai disebabkan oleh beberapa faktor. Gellerman
(1994) menyatakan bahwa moral kerja meliputi tiga bidang. Pertama menyangkut
kepuasan di luar pekerjaan seperti pendapatan, rasa aman, dan kedudukan yang
lebih tingi. Kedua menyangkut kepuasan terhadap pekerjaan, yaitu minat kerja,
peluang untuk maju, dan prestise dalam organisasi. Ketiga menyangkut kepuasan
pribadi dan rasa bangga atas profesinya. Lateiner mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi semangat kerja adalahkebanggaan pekerja atas pekerjaannya, hasrat
untuk maju, perasaan telah diberlakukan dengan baik, kemampuan untuk bergaul
dengan kawan sekerja, dan kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaan.
Nawawi
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah minat
atau perhatian terhadap pekerjaan, upah atau gaji, status sosial berdasarkan
jabatan, tujuan yang mulia dan pengabdian, suasana lingkungan kerja, dan
hubungan manusiawi.Anoraga mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi semangat
kerja adalah keamanan kerja, kesempatan untuk mendapatkan kemajuan, lingkungan
kerja, rekan sekerja yang baik, dan gaji atau pendapatan.Menurut Zainun faktor
yang mempengaruhi moral adalah hubungan yang harmonis, kepuasan terhadap
pekerjaan, suasana dan iklim kerja, rasa kemanfaatan, kepuasan ekonomi dan
materiil, dan adanya ketenangan jiwa.
Menurut Danim, faktor yang mempengaruhi moral kerja adalah kesadaran akan
tujuan organisasi, hubungan antarmanusia dalam organisasi berjalan harmonis,
kepemimpinan yang menyenangkan, tingkatan organisasi, upah dan gaji, kesempatan
untuk meningkat atau promosi, pembagian tugas dan tanggung jawab, kemampuan
individu, perasaan diterima dalam kelompok, dinamika lingkungan, dan
kepribadian.Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai,
maka faktor yang sama dikelompokkan menjadi satu sehingga dapat dikatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah penempatan pegawai, minat kerja,
kesempatan berprestasi, kesempatan berpartisipasi, hubungan kerja,
kepemimpinan, kompensasi, lingkungan kerja, karakteristik pekerjaan, kebijakan
manajemen, dan kepribadian.
2.7 Upaya
Membina Semangat Kerja
Membina semangat kerja pegawai perlu
dilakukan secara terus-menerus agar mereka menjadi terbiasa mempunyai semangat
kerja yang tinggi. Dengan kondisi demikian, pegawai diharapkan dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik dan kreatif. Pembinaan semangat kerja dalam
suatu perusahaan tentulah pimpinan sebagai atasan langsung pegawai
bersangkutan.Pembinaan semangat kerja akan dapat berhasil jika pimpinan
benar-benar menempatkan dirinya bersama-sama dengan pegawai dan berusaha
memperbaiki kondisi kerja agar kondusif sehingga suasana kerja turut mendukung
terbinanya semangat kerja. Menurut Saydam, keberhasilan pembinaan semangat
kerja sangat tergantung pada supervisi yang bermutu, kondisi kerja yang
menyenangkan, adanya kesempatan untuk berpartisipasi, hubungan yang harmonis,
dan adanya aturan main yang jelas.[10] Selain
itu, teknik pengawasan dan kebijakan manajemen meliputi pengawas berusaha agar
pegawai mempunyai minat kerja yang besar, memberi pujian, ada hubungan timbal
balik antara perusahaan dengan masyarakat, kondisi fisik pekerjaan, kesempatan,
peralatan kerja, dan prosedur untuk memperhatikan keluhan pegawai.
Menurut Zainun, beberapa usaha positif dalam rangka menyelenggarakan
motivasi untuk meningkatkan semangat kerja, yaitu orientasi, supervisi,
partisipasi, komunikasi, rekognasi, delegasi, kompetisi, integrasi, dan
motivasi silang.Sastrohadiwiryo menunjukkan bahwa cara yang ditempuh untuk
meningkatkan semangat kerja adalah memberikan kompensasi kepada tenaga kerja
dalam porsi yang wajar, tetapi tidak memaksakan kemampuan perusahaan, menciptakan
kondisi kerja yang menggairahkan semua pihak, memperhatikan kebutuhan yang
berhubungan dengan spiritual tenaga kerja pada saat penyegaran sebagai media
pengurangan ketegangan kerja dan memperkokoh rasa setia antara tenaga kerja dan
manajemen, penempatan tenaga kerja pada posisi yang tepat, peran tenaga kerja
mengembangkan aspirasi mendapatkan tempat yang wajar, dan memperhatikan hari
esok para tenaga kerja. Selanjutnya menurut Nitisemito, untuk meningkatkan
semangat dan gairah kerja dilakukan dengan pemberian gaji yang cukup,
memperhatikan kebutuhan rohani, menciptakan suasana kerja santai, memperhatikan
harga diri, menempatkan pegawai pada posisi yang tepat, memberikan kesempatan
untuk maju, memberikan rasa aman untuk masa depan, mengusahakan pegawai memiliki
loyalitas, mengajak pegawai berunding, memberikan insentif yang terarah, dan
memberikan fasilitas yang menyenangkan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya semangat kerja antara lain:
1. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan
1. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan
2. Kepuasan para karyawannya terhadap tugas
dan pekerjaannya.
3.Terdapat
suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota lain dalam suatu
organisasi.
Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan material lainnya yang memadai sebagai imbalan yang dirasakan adil terhadap jerih payahnya. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir dalam pekerjaannya. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan semangat kerja pegawai, selain memenuhi kebutuhan material, juga tidak kalah pentingnya memenuhi kebutuhan nonmaterial.
Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan material lainnya yang memadai sebagai imbalan yang dirasakan adil terhadap jerih payahnya. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir dalam pekerjaannya. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan semangat kerja pegawai, selain memenuhi kebutuhan material, juga tidak kalah pentingnya memenuhi kebutuhan nonmaterial.
Ada
beberapa cara menurut Alex S Nitisemito untuk memberikan motivasi kepada
karyawan dalam meningkatkan semangat kerja. Langkah-langkah yang harus ditempuh
antara lain adalah:
1. Memberikan
gaji yang cukup
2. Memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk berkembang
3. Menempatkan
karyawan pada posisi yang tepat.
4. Menciptakan
suasana santai
5. Memberikan
insentif yang terarah.
6. Memperhatikan
kebutuhan rohani karyawan
7. Menyertakan
karyawan untuk diajak berunding.
lah kok ngak ada penutupnya kak
BalasHapus